Selasa, 06 Maret 2012
MAKNA MODERNITAS DAN TANTANGANNYA TERHADAP IMAN (1/2)
MAKNA MODERNITAS DAN TANTANGANNYA TERHADAP IMAN (1/2)
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo
Pengertian modernitas berasal dari perkataan "modern"; dan
makna umum dari perkataan modern adalah segala sesuatu yang
bersangkutan dengan kehidupan masa kini. Lawan dari modern
adalah kuno, yaitu segala sesuatu yang bersangkutan dengan
masa lampau. Jadi modernitas adalah pandangan yang dianut
untuk menghadapi masa kini. Selain bersifat pandangan,
modernitas juga merupakan sikap hidup. Yaitu sikap hidup yang
dianut dalam menghadapi kehidupan masa kini. Kalau kita
berbicara tentang masa kini, maka yang dimaksudkan adalah
waktu sekarang dan masa depan.
Pengertian modernitas, yaitu pandangan dan sikap hidup yang
bersangkutan dengan kehidupan masa kini, banyak dipengaruhi
oleh peradaban modern. Sedangkan yang dimaksudkan dengan
peradaban modern adalah peradaban yang terbentuk mula-mula di
Eropa Barat, kemudian menyebar di seluruh dunia Barat. Dengan
begitu dapat pula dinamakan peradaban Barat. Peradaban Barat
mempunyai dampak besar terhadap modernitas, oleh karena
peradaban Barat pada masa kini merupakan peradaban yang
dominan di sana. Sebagaimana dalam periode antara abad ke-6
hingga abad ke-16, peradaban Islam mempunyai pengaruh yang
besar kepada kehidupan umat manusia di sekitar Laut Tengah,
dan kemudian meninggalkan dampaknya kepada pembentukkan
peradaban Barat, demikian pula di masa kini, seluruh kehidupan
umat manusia tidak dapat lepas dari pengaruh peradaban Barat
yang secara agresif dan dinamis memasuki seluruh pelosok
dunia. Sebab itu, untuk mengenal dan mengembangkan modernitas
tidak mungkin tanpa mengenal unsur-unsur utama peradaban
Barat.
Yang dimaksudkan peradaban modern adalah peradaban Barat yang
terbentuk setelah bangsa-bangsa Eropa melampaui masa Abad
Pertengahan. Perkataan "modern" di sini adalah "Eropa centris"
atau "Barat centris" karena sepenuhnya bersangkutan dengan
kehidupan bangsa-bangsa di Eropa bahkan di Eropa Barat. Bangsa
Eropa membagi sejarahnya dalam periode Zaman Kuno yang
berlangsung dari permulaan hingga kurang lebih abad ke-5, Abad
Pertengahan antara abad ke-5 hingga abad ke-16 dan Zaman
Modern dari abad ke-16 hingga masa kini. Peradaban modern
adalah peradaban Barat yang terbentuk pada Zaman Modern itu.
Oleh karena itu sejak abad ke-16 dunia Barat berhasil
melebarkan sayapnya ke seluruh dunia dan pada abad ke-20
berada pada zenith kemampuannya, maka pengaruh atau dampak
peradaban modern itu terasa dimana-mana di dunia, baik dalam
arti positif maupun negatif.
Peradaban modern itu terbentuk pada abad ke-16 melalui satu
perubahan yang penting di Eropa Barat yang dinamakan
Renaisanse yang berarti kelahiran kembali. Yaitu kelahiran
kembali hasil-hasil budaya Yunani dan Romawi. Dalam Abad
Pertengahan hasil budaya Yunani dan Romawi telah diabaikan di
Eropa. Gerakan yang bernama Humanisme kemudian diungkapkan
kembali pemikiran yang telah dikembangkan di Yunani Lama,
seperti pikiran Aristoteles, Plato, dll. Pengungkapan kembali
pikiran Yunani dan Romawi itu dimungkinkan oleh persentuhan
Eropa Barat dengan budaya Islam yang dalam Abad Pertengahan
justru sedang berkembang dengan megah dan memasuki Eropa Barat
melalui Spanyol. Humanisme dan Renaissanse itulah yang menjadi
sumber utama terbentuknya peradaban Barat modern.
Persentuhannya dengan peradaban Islam, pengungkapan kembali
pikiran Yunani dan Romawi, ini semua menimbulkan di Eropa
Barat perkembangan dari fungsi Ratio dalam pandangan hidup.
Ilmu pengetahuan memperoleh dukungan kuat untuk maju. Demikian
pula terjadi pemikiran baru tentang tempat tinggal manusia
dalam kehidupan serta tempat bumi dalam alam semesta.
Perkembangan dalam pemikiran itu merupakan perubahan besar
dalam kehidupan waktu itu. Dan karena pemikiran yang berlaku
pada waktu itu bersumber kepada gereja Katholik yang berkuasa
di Eropa, maka terjadi pertentangan antara mereka yang
mengembangkan pemikiran baru itu dengan gereja yang berkuasa.
Gereja tidak menghendaki bahwa orang mengadakan penelitian
terhadap alam dan kehidupan dan mewajibkan semua orang
menerima semua ajaran tanpa pendalaman. Sedangkan orang-orang
yang tergerak untuk mendalami kehidupan dan alam semesta
menggunakan ratio dan eksperimen bukan untuk menolak ajaran
Katholik, melainkan tidak puas hanya menerima segala sesuatu
begitu saja. Salah satu contoh adalah Nicolaus Copernicus
menerima hukuman gereja yang waktu itu tersohor dengan
Inquisisi-nya.
Tapi orang-orang yang mengejar ilmu pengetahuan dengan
menggunakan ratio tidak dapat dibendung oleh gereja Katholik.
Dan ilmu pengetahuan makin berkembang di Eropa Barat di bidang
matematika, fisika, astronomi, kimia, dan lain-lain. Melalui
orang-orang seperti Galileo Galilei, Desidarius Erasmus, dan
lain-lain. Pada abad ke-18, Eropa telah menjadi pusat
perkembangan ilmu pengetahuan dunia dan telah menggantikan
peranan peradaban Islam yang pada abad ke-16 mengalami masa
surutnya.
Bersamaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, terjadi
gerakan untuk melebarkan sayap jauh keluar Eropa. Tadinya
orang Eropa memperoleh rempah-rempah dari Asia, termasuk
Indonesia dengan perantaraan pedagang Arab dan Timur Tengah
pada umumnya. Rupanya pedagang Eropa tergerak untuk berpikir
rasional dan mengembangkan tekad untuk pergi sendiri ke sumber
rempah-rempah. Kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya bidang
astronomi yang telah menemukan bahwa bumi itu bulat, mendorong
mereka untuk pergi mengarungi lautan ke tanah-tanah yang belum
dikenal. Dan tekad dan keberanian pada penemuan baru itu
memberikan buah yang bukan main besarnya kepada mereka. Tidak
saja mereka dapat sampai ke tanah sumber rempah-rempah di
Asia, mereka bahkan dapat menemukan satu tanah yang kaya
sakali, yaitu Amerika. Maka sejak abad ke-16 bangsa Eropa
semakin kaya. Kekayaan itu dihubungkan dengan cara berpikir
rasional, menimbulkan pandangan yang mementingkan benda atau
materi. Apalagi ketika ilmu pengetahuan dapat mendorong
berkembangnya teknologi yang semakin maju. Maka terjadilah
Revolusi Industri di Eropa Barat yang merubah produksi dari
produksi rumah ke pabrik, dan dari produksi perorangan ke
produksi massal. Produksi pabrik yang bersifat massal
memerlukan bahan mentah yang lebih banyak dari tadinya.
Sebaliknya juga menghendaki pasar yang jauh lebih luas. Maka
bangsa-bangsa di Eropa merebut kekuasaan bangsa-bangsa di
dunia untuk memenuhi keperluan itu. Terjadilah imperialisme
dan kolonialisme.
Sebagai akibat dari cara berpikir rasional, maka terjadi
dorongan untuk merubah posisi suatu individu dari masyarakat.
Tadinya individu hanyalah suatu unsur masyarakat tanpa arti
tersendiri. Pemikiran rasional menuntut pembebasan diri dari
kukungan masyarakat itu. Kemudian bahkan memberikan individu
sebagai nilai tertinggi dalam masyarakat itu. Orang
berpendapat bahwa hanya dengan individu yang memiliki
kebebasan penuh akan terciptalah kemajuan. Lahirlah apa yang
dinamakan individualisme. Bersamaan dengan itu, timbulah
pemikiran bahwa seluruh orang di dunia adalah sama dan
bersaudara. Ini mendorong terjadinya Revolusi Prancis dengan
semboyannya Liberte, Egalite, Fraternite, atau Kebebasan,
Persamaan, Persaudaraan. Inilah yang menjadi permulaan dari
liberalisme atau dalam bahasa Prancis dikatakan laissez faire,
laissez passer. Individualisme dan liberalisme menghasilkan
kapitalisme.
Peradaban yang modern menghasilkan kehidupan baru yang maju
berkat ilmu pengetahuan dan teknologi. Tetapi di pihak lain
juga mengakibatkan kesengsaraan dan penderitaan yang besar.
Kapitalisme menimbulkan kesengsaraan bagi para buruh dan
petani, sedangkan imperialisme dan kolonialisme menyebabkan
penderitaan yang parah sekali bagi bangsa-bangsa Asia dan
Afrika. Karena itu terjadi reaksi terhadap kapitalisme berupa
komunisme yang juga didasarkan materialisme dan yang kemudian
menyebabkan Revolusi Komunis di Rusia. Reaksi yang tidak
se-ekstrim komunisme adalah sosialisme yang memperjuangkan
kehidupan yang lebih baik bagi kaum buruh dan petani.
Imperialisme dan kolonialisme mengakibatkan persaingan dan
pertentangan antara bangsa-bangsa Eropa sendiri, dan
menimbulkan perang besar. Yaitu perang dunia ke-1 dan ke-2.
Rasionalisme dan individualisme juga menimbulkan keangkuhan
manusia yang berlebihan. Berdasarkan materialisme dikatakan
bahwa Tuhan itu hanya hasil dari otak manusia; dengan kata
lain orang tidak percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa.
Di pihak lain harus dikatakan pula bahwa semua itu memperoleh
koreksinya dari dinamika peradaban itu sendiri. Kapitalisme
mulai menyadari bahwa untuk memperoleh usaha yang kontinyu dan
menguntungkan harus ada pendekatan yang berbeda terhadap kaum
buruh dan petani. Kaum buruh dan petani kemudian memperoleh
hasil yang lebih besar dari hasil produksi, sehingga tercipta
masyarakat Barat yang makmur (the affluent society). Disamping
kemajuan ekonomi untuk rakyat banyak, juga terjadi kehidupan
politik yang memungkinkan partisipasi masyarakat luas.
Mula-mula baru dalam bentuk monarki konstitusional, kemudian
berkembang ke monarki parlementer dan akhirnya ke sistim
parlementer di mana raja tidak lagi berkuasa dan hanya
dijadikan simbol. Atau rakyat berhasil meniadakan kerajaan dan
membentuk republik. Justru yang kurang memberikan kesempatan
kepada rakyat untuk berpartisipasi dalam politik adalah pihak
komunis yang tadinya bersemboyan untuk mengalahkan kapitalisme
untuk menciptakan kehidupan rakyat yang lebih baik. Harus
diakui bahwa belum pernah dalam sejarah umat manusia terjadi
kesejahteraan ekonomi dan politik yang dialami oleh rakyat
banyak seperti yang terwujud di dunia Barat dewasa ini.
Imperialisme dan kolonialisme juga sudah lenyap. Karena
negara-negara Barat sendiri berperang satu sama lain dalam dua
perang dunia besar, maka tercipta kesempatan untuk
rakyat-rakyat yang menjadi jajahan untuk melepaskan diri dari
kungkungan dan kekuasaan Barat. Meskipun dunia Barat dengan
berat harus menerima keadaan baru itu, namun mereka tidak lagi
mempunyai cukup kemampuan untuk menguasai kembali bakas
jajahannya. Meskipun rasionalisme masih tetap kuat dalam
peradaban Barat dan merupakan sumber perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tiada hentinya, namun di
kalangan Barat sendiri mulai ada kekuatan yang lebih
komprehesif-integral. Makin banyak orang menanyakan kebenaran
dari dominasi rasio dan lebih menginginkan kehidupan yang
utuh. Perhatian terhadap kehidupan religius makin bertambah
dan materialisme makin didesak oleh nilai-nilai yang
transcedental. Bahkan di Uni Soviet yang secara resmi melawan
ajaran agama dan menyebarkan atheisme, terdapat perkembangan
minat terhadap agama dan memaksa pemerintah untuk mengeluarkan
peraturan-peraturan pemerintah untuk melawannya. Meskipun
individualisme masih tetap merupakan tiang peradaban Barat,
namun secara diam-diam toh terjadi juga perubahan yang
memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada kolektivisme
atau sekurang-kurangnya dalam bentuk sikap kebersamaan. Yang
jelas sekali nampak adalah perkembangan manajemen, oleh karena
tanpa perubahan itu, di dunia usaha Barat akan mengalami
kesulitan besar menghadapi bisnis Jepang yang manajemennya
berhasil menimbulkan partisipasi tenaga manusia secara
produktif sekali. Melalui pendekatan yang bertitik berat
kebersamaan.
Tetapi nampaknya peradaban Barat telah berada di saat
zenithnya. Justru akomodasi yang telah dilakukan untuk
mengatasi kelemahan dan kekurangannya menandakan bahwa ia
mulai berkurang vitalitas dan energinya. Orang Barat sudah
mulai bicara tentang transformasi kehidupan, dengan kesediaan
untuk lebih mengadaptasi nilai-nilai yang terdapat dalam
kebudayaan bangsa-bangsa Asia atau dunia Timur. Meskipun
demikian pengaruh dan dampak dari peradaban Barat tidak dapat
ditolak oleh siapa saja, mengingat dinamika dan agressivitas
yang telah dikembangkan sejak abad ke-16 itu. Kalau nanti
peradaban Barat akan surut, seperti juga di masa lampau
peradaban Yunani, peradaban Romawi, pun peradaban Islam surut
setelah mengalami masa keemasan, dan kalaupun akan tumbuh
peradaban baru di dunia ini, namun dapat diperkirakan bahwa
dalam peradaban baru itu akan terdapat titik-titik kuat dari
peradaban Barat. Sebagaimana juga dalam peradaban Barat
terdapat unsur-unsur yang merupakan pengaruh peradaban Islam,
Yunani, dan Romawi. Karena itu makna modernitas yang mungkin
tidak sama untuk setiap bangsa di dunia karena dipengaruhi
oleh nilai budaya masing-masing, namun tidak dapat dihindarkan
bahwa dalam modernitas itu terdapat unsur-unsur yang merupakan
pengaruh dari peradaban Barat.
MODERNITAS DAN PANCASILA
Modernitas untuk bangsa Indonesia adalah pandangan oleh sikap
hidup yang dikembangkan untuk menghadapi kehidupan masa kini.
Karena bangsa Indonesia telah menerima Pancasila sebagai
ideologi dan falsafah kehidupannya, dan juga sebagai
satu-satunya azas dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan
bermasyarakat, maka modernitas untuk bangsa kita tidak lepas
dari Pancasila.
Hakikatnya Pancasila merupakan satu pandangan yang modern.
Memang nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, Keadilan
sosial bagi seluruh bangsa Indonesia, semua mempunyai akar
dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Namun
belum pernah dalam sejarah Indonesia ada kehidupan bangsa kita
berbentuk negara yang dilandasi dan dikembangkan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Baru dalam Negara Republik
Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945
mempunyai dasar landasan Pancasila secara utuh. Itu berarti
bahwa bangsa kita mempunyai keyakinan akan dapat menghadapi
kehidupan masa kini dan masa yang akan datang dengan
sebaik-baiknya apabila menggunakan Pancasila sebagai
landasannya. Itu berarti bahwa Pancasila merupakan pandangan
atau Weltanschauung yang modern.
Tetapi seperti telah dikatakan, tidak ada bangsa di dunia yang
dapat menghindari pengaruh dan dampak peradaban Barat yang
begitu dinamis dan agresif. Apabila kita yang merupakan bekas
jajahan salah satu bangsa Barat, tentu telah memperoleh dampak
dan pengaruh dari budaya Barat tersebut, baik yang positif
maupun yang negatif. Oleh karena kita hendak mengembangkan
Pancasila sebagai dasar negara kita, maka kita harus pandai
dan arif dalam menghadapi pengaruh dan dampak peradaban itu.
Selain itu Republik Indonesia tumbuh dan berkembang dalam
lingkungan yang penuh dengan peradaban Barat atau pun
pengaruhnya. Untuk dapat tumbuh dengan selamat dan subur, maka
Pancasila harus mempunyai kemampuan untuk hidup dalam
lingkungan demikian tanpa kehilangan dirinya di satu pihak,
tetapi juga kuat menghadapi pihak lain.
Pancasila sebagai pandangan modern tentu juga merupakan
pandangan yang terbuka. Tetapi justru karena keterbukaannya
itu akan dapat mengembangkan vitalitas dan energi yang
berhubungan dengan dunia luar, khususnya dunia Barat. Tentu
keterbukaan itu tidak berarti bahwa jiwanya sendiri
dikesampingkan atau dikorbankan. Sebab justru keterbukaan yang
bermaksud untuk memupuk vitalitas dan energi lebih besar
mempunyai tujuan untuk mengamankan jiwa sendiri. Dalam
hubungan dengan peradaban Barat itu dapat diambil unsur-unsur
mana yang dapat memperkuat kehidupan bangsa, dan sebaliknya
diperhatikan unsur-unsur mana yang dalam peradaban Barat harus
ditinggalkan karena merugikan kita sendiri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar