Laman

Selasa, 06 Maret 2012

BAGAIMANA MANUSIA MENGETAHUI BAHWA ﷲ ITU ADA

ﺍﻠﺮﺤﻴﻤ ﺍﻠﺮﺤﻣﻦ ﷲ ﺒﺴﻤ BAGAIMANA MANUSIA MENGETAHUI BAHWA ﷲ ITU ADA? Manusia memiliki pancaindra untuk bisa mengetahui dan merasakan adanya benda-benda di sekelilingnya. Pancaindra pula yang telah menuntun manusia menuju peradaban yang lebih maju. Namun ternyata pancaindra manusia ada keterbatasannya. Sebagai contoh, apabila di belakang dinding sebuah rumah ada seseorang maka orang lain yang ada di seberang dinding tersebut tidak dapat melihat adanya orang di belakang dinding. Contoh yang lainnya, manusia hanya bisa mendengar suara dari rentang frekuensi 20 – 20.000 Hz, kurang atau lebih dari rentang frekuensi tersebut maka manusia tidak dapat mendengarnya. Masalahnya sekarang, bagaimana manusia bisa mengetahui bahwa Tuhan itu ada jika Tuhan itu tidak bisa dilihat, didengar, dicium, diraba, atau dikecap? Pertanyaan tersebut sering dilontarkan oleh orang-orang yang masih ragu tentang adanya kehidupan lain di luar kehidupan yang konkret yang dapat dirasakan secara langsung dengan pancaindra. Mereka pada umumnya menginginkan jawaban yang harus dapat dicerna akal dan setidaknya berlandaskan hal yang ilmiah. Seandainya pertanyaan tersebut ditujukan pada anak-anak yang dididik dalam lingkungan yang religius, maka jawabannya sederhana saja, “Tuhan ada karena ada ciptaan-Nya.” Lalu, mengapa orang yang sudah dewasa banyak yang belum memahaminya? Memang aneh! Di tengah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia justru semakin bingung dengan keberadaan Tuhan, apakah Tuhan itu ada? Banyak manusia yang tidak menyadari satu kekurangan paling penting pada dirinya, yaitu keterbatasan pancaindra. Untuk bisa mengindrakan sesuatu yang sederhana saja kadang diperlukan alat bantu apalagi untuk bisa mengindrakan Dzat Yang Mahaagung dan Mahaperkasa? Segala keteraturan di dunia ini –yang telah dijelaskan oleh ilmu pengetahuan- tentu ada yang mengaturnya. Siapa lagi yang dapat mengatur sedemikian rapi selain ﷲ SWT? Manusia di dunia malah hanya menjadi sebagian dari perusak keteraturan itu. Orang-orang atheis banyak yang berpikir bahwa kehidupan ini berasal dari materi dan terjadi secara kebetulan belaka bukan diciptakan. Bantahan terhadap pernyataan tersebut sebagai berikut: Andaikan seseorang di tengah padang pasir yang nyaris tiada kehidupan tiba-tiba melihat tumpukan batu bata yang telah tersusun rapi maka tentu ia akan berpikir pastilah ada orang yang telah menyusunnya. Apalagi alam semesta yang begitu teraturnya, pasti ada yang menciptakannya! Bodoh sekali orang-orang atheis tersebut yang masih mengelak bahwa alam semesta ada secara kebetulan. Sebenarnya sungguh tidak mulia manusia ada di dunia hanya karena kebetulan saja. Hidup ini tentu tanpa tujuan yang berarti apabila hanya berasal dari materi dan akan kembali pada materi. Dan itu sama saja dengan menganggap manusia seperti benda mati! Jadi sudah jelas bahwa Tuhan Yang Maha Pencipta itu memang ada, yaitu ﷲ SWT. Manusia tidak perlu repot-repot berusaha mengindra keberadaan-Nya dengan pancaindra karena pasti tidak akan pernah sanggup melakukannya. Cukuplah tanamkan keyakinan dalam hati bahwa Tuhan itu ada dan ikutilah segala tuntunan yang telah diberikan pada manusia melalui utusan-utusan-Nya, yaitu para Nabi dan Rasul. Di sinilah letak perbedaan orang yang percaya adanya Tuhan dan orang yang tidak percaya. Manusia butuh akan adanya Tuhan. Penelitian oleh beberapa ahli biologi menunjukkan bahwa di otak ada satu titik yang secara kodrati membuat manusia memiliki kebutuhan pada Tuhan. Titik itu disebut GodSpot atau Titik Tuhan. Entah apakah sahih atau tidak penelitian tersebut, yang jelas manusia tidak boleh sombong dengan tidak mengakui keberadaan Tuhan. Jika sudah mati, akan tahu sendiri akibatnya. Keyakinan akan adanya ﷲ SWT memang berhubungan langsung dengan hati manusia. Orang yang meyakini keberadaan-Nya hanya orang-orang beriman saja, sementara orang-orang yang meragukan keberadaan-Nya adalah kafir. Dan masalah psikis orang-orang yang tidak beriman telah ada sepanjang sejarah. ﷲ berfirman: “Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika ﷲ menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Al An’aam, 6: 111) Demikianlah kebenaran datangnya hanya dari ﷲ semata, tidak ada yang perlu diragukan lagi. Maha Suci ﷲ Yang Maha Pencipta. Oleh: Madrid, Yoni. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar