Kamis, 29 Maret 2012
Seni Budaya dan Penetrasi Ideologi
Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa bidang seni merupakan medium yang sangat ampuh dalam memberikan dampak pada khalayaknya. Ini dikarenakan seni merupakan representasi dari berbagai kondiSi yang dialami manusia. Maka tak heran manakala kita kita menyaksikan pementasan karya seni, kita sering tak dapat menolak untuk tidak ikut masuk ke dalam dunia imajiner yang sedang kita saksikan.
Menyadari kenyataan di atas, agaknya cukup beralasan bagi kita untuk berhati-hati dalam menyikapi berbagai karya seni yang terhampar di sekeliling kita. Karena, di samping muatan positif yang dapat kita temukan, kita pun akan dapat menemukan muatan negatif yang tidak mustahil akan dapat menggoyahkan tata nilai dan bahkan ideologi kita.
Karya-karya seni musik dari negara barat misalnya, jika diamati beberapa diantaranya, maka akan segera ditemukan muatan ideologis yang sangat berbeda dengan ideologi seorang muslim. Untuk hal ini, album “These day” milik Bon Jovi, merupakan contoh yang amat gamblang. Dalam lagunya yang berjudul “Hey God”, ia mengatakan :
“… these day you are even harder to believe.
I know how busy you are
But do you ever think about me?”
Sebagai seorang muslim pasti akan tersentak manakala merasakan adanya muatan ideologis yang terkandung dalam petikan lagu di atas. Betapa tidak ? kepada Tuhannya, pantaskah seorang manusia mengatakan :
“…makin hari Kau semakin sulit untuk dipercaya
aku tahu betapa sibuknya Engkau
tetapi pernahkah Kau Berfikir tentang aku?”
Bandingkan dengan apa yang dikatakan kaum yahudi kapada Nabi Musa tentang Tuhannya:
“…Kami tak akan beriman kepada Allah sampai kami melihat-Nya dengan jelas” (QS. 1:55)
Sangat jelas kita rasakan adanya ideologi sekuler yang teramat liar didalamnya. Hal senada dapat kita temukan pula dalam lagunya yang lain “Some to believe in”
“I lostall faith in my God
In his religion too…”
Ateis, barangkali itulah yang paling tepat untuk kita tujukan kepada orang yang mengatakan “Aku kehilangan kepercayaan kepada Tuhanku. Kepada agama-Nya juga..”
Barangkali benar bahwa Bon Jovi bukanlah seorang filosof yang ingin menyampaikan ajaran-ajaran filsafat kepada penggemarnya. Tetapi, jika kita temukan ajaran filsafat dan faham ideologi dalam lagu-lagunya, tidakkah kita merasa khawatir akan terjadinya penetrasi ideologis ke dalam diri kita, termasuk ke dalam jiwa remaja kita.
Sedikit catatan tentang Bon Jovi : Ia dalah salah satu sosok idola remaja di seantero dunia, termasuk Indonesia. Sejumlah remaja kehilangan keseimbangannya bahkan nyawanya ketika sedang menyaksikan konsernya. Mulai dari cara berpakaian sampai pola hidupnya, banyak dijadikan model oleh para penggemarnya. Lantas bagaimanakah jika ia mengatakan sesuatu tentang Tuhan, tentang agama dan tentang sebuah ideologi.
Ada kemungkinan mereka pun akan mengatakan hal yang sama dengan apa yang mereka dengar dari sang idola. Dan perlu diingatkan, Bon Jovi hanyalah salah satu seniman idola remaja kita. Masih banyak lagi tokoh lainnya yang masih satu tipe atau bahkan lebih kental lagi muatan ideologis yang terkandung dalam lagu-lagunya.
Dalam hubungan ini, kita sebagai seorang muslim hendaknya semakin waspada dan memiliki ketahanan pribadi yang tangguh agar setiap orientasi ideologi yang bertentangan dengan hukum Allah dapat kita tangkal dampaknya. Maka tiada lagi tempat kembali seorang muslim dalam memutuskan sebuah perkara yang akan menjadi penjelas, antara yang hak dan yang batil, dan yang mampu membimbing kearah kehidupan yang benar-benar nyaman sesuai dengah peruntukkan dirinya dijadikan dimuka bumi ialah dengan menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai ketetapan sunnatullah atau sistem hidup yang tidak akan pernah meleset atau bergeser, logika Allah dalam mengurus semesta raya beserta isinya yang telah terbukti secara ilmiah kebenaran-kebenaran fakta yang ada didalamnya. Dan telah menjadi sebuah sunnatullah pula Al-Qur’an ini menjadi sejajar dengan buku-buku lainnya jika Al-Qur’an hanya sekedar dijadikan bacaan rutin, pelengkap ritual peribadahan yang semu yang sebenar-benarnya tidak memberikan manfaat bagi kehidupan pelaksananya, disejajarkan dengan wacana, komentar, hukum adat dan ajaran nenek-moyang atau falsafah dan isme-isme yang tidak jelas rimbanya, dan tiada seorang manusiapun yang benar-benar menjadi teladan dalam mempraktekkannya dalam kehidupan nyata, yang apabila dianalisa secara ilmiah belum pernah terbukti satupun menjadi sebuah solusi hidup manusia yang mampu bertahan dalam masa 50 tahun. Maka tidak ada lagi kebimbangan jika manusia mau jujur dalam hatinya, bahwa benarlah Al-Qur’an ini akan mampu menghantarkan manusia menuju kehidupan sebenarnya yang benar-benar bebas dari perbudakan manakala AlQur’an menjadi sistem dalam hidupnya dan menjadi perundang-undangan bagi sebuah bangsa.
TUGAS MATA KULIAH
METODELOGI STUDI ISLAM
MAKALAH
SENI BUDAYA DAN PENETRASI IDEOLOGI
DISUSUN OLEH :
AHMAD ISMAIL
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar