Selasa, 06 Maret 2012
KENYATAAN GAIB
KENYATAAN GAIB
Bagi Anda, sesuatu yang nyata adalah segala sesuatu yang dapat disentuh dengan tangan dan dilihat dengan mata. Dalam mimpi, Anda pula menyentuh dengan tangan Anda dan dapat melihat dengan mata Anda, namun pada kenyataannya Anda tidak memiliki tangan atau mata, tidak ada pula sesuatupun yang dapat disentuh atau dapat dilihat. Sehingga, ketika mempercayai apa yang Anda rasakan dalam mimpi sebagai keberadaan secara materi, Anda telah tertipu.
Sebagai contoh, seseorang yang tidur pulas di pembaringannya dapat melihat dirinya berada dalam dunia yang sama sekali berbeda dalam mimpinya. Ia mungkin bermimpi bahwa ia seorang pilot dan menjadi komandan pesawat raksasa, dan ia bekerja sangat serius mengomandani pesawat tersebut. Padahal orang ini tidak beranjak selangkah pun dari tempat tidurnya. Dalam mimpinya, ia mungkin berada pada sejumlah keadaan yang berbeda dan bertemu kawan, berbicara dengan mereka, makan dan minum bersama. Kendatipun sekedar penampakan yang tidak memiliki wujud materi, pengalaman dalam mimpi ini terasa sama sekali nyata. Hanya ketika bangun dari mimpinya ia kemudian menyadari bahwa semua ini hanyalah penampakan.
Jika kita dapat dengan mudah hidup dalam dunia semu mimpi kita, maka hal yang sama dapat berlaku pada dunia yang kini kita huni.
Ketika kita terbangun dari mimpi, tidak ada alasan logis untuk tidak berpikir bahwa kita telah memasuki mimpi yang lebih panjang yang kita sebut kehidupan nyata. Alasan kita menganggap mimpi kita sebagai khayalan, sedangkan dunia sebagai alam nyata, hanyalah akibat kebiasaan dan prasangka kita.
Ini menunjukkan bahwa mungkin saja terbangun dari kehidupan di bumi yang kita anggap sedang kita jalani saat ini, persis sebagaimana ketika kita terbangun dari mimpi.
Setelah semua kenyataan materi ini terungkap, kini muncul pertanyaan yang paling penting. Jika peristiwa di alam materi yang kita ketahui pada hakikatnya adalah sekedar penampakan, bagaimana dengan otak kita? Oleh karena otak kita adalah materi sebagaimana lengan kita, kaki, atau benda lain, ia mestinya juga sekedar penampakan sebagaimana semua benda lainnya.
Contoh lain akan lebih menjelaskan hal ini. Marilah kita anggap bahwa kita memanjangkan syaraf-syaraf yang menuju ke otak kita dan meletakkan otak tersebut di luar kepala kita sehingga kita dapat melihatnya dengan mata kita. Pada keadaan ini, kita akan dapat melihat otak kita dan menyentuhnya dengan jari-jari kita. Dengan demikian kita dapat memahami bahwa otak kita juga tidak lebih dari suatu penampakan yang dibentuk oleh indra penglihatan dan peraba.
Lalu, kehendak apakah yang melihat, mendengar, dan merasakan semua indra yang lain jika bukan otak? Siapakah dia yang melihat, mendengar, meraba, dan merasakan rasa dan bau? Salah seorang pemikir terkemuka abad ini Karl Pribram juga memiliki pertanyaan yang sama. Sejak zaman Yunani, para filsuf telah memikirkan tentang ‘hantu dalam mesin’, ‘manusia kecil dalam manusia kecil’, dan lain sebagainya. Dimanakah ‘saya’, seseorang yang menggunakan otaknya? Siapakah dia yang melakukan perbuatan mengetahui? Sebagaimana perkataan Saint Francis dari Assisi, “Apa yang kita cari adalah sesuatu yang melihat”. (Ken Wilber, Holographic Paradigm, hal.37)
Ternyata wujud gaib yang menggunakan otak, yang melihat dan merasakan ini adalah ruh. Apa yang kita sebut dengan alam materi adalah sekumpulan penampakan yang dilihat dan dirasakan oleh ruh ini. Sebagaimana tubuh yang kita punyai dan alam materi yang kita lihat dalam mimpi tidak memiliki wujud fisik, alam semesta yang kita tempati dan tubuh yang kita miliki saat ini juga tidak memiliki wujud fisik.
Begitulah, kendatipun kita memulai dengan anggapan bahwa materi adalah nyata, hukum-hukum fisika, kimia, dan biologi, semuanya mengantarkan kita pada kenyataan bahwa materi terbentuk dari khayalan, dan kenyataan pasti tentang adanya wujud gaib.
Jadi, siapakah yang menjadikan ruh kita melihat tanah, manusia, tumbuhan, tubuh kita dan segala hal lain yang kita lihat? Sangat jelas bahwa ada Pencipta Maha Agung.
Wujud absolut sesungguhnya ﷲ. Segala sesuatu selain-Nya hanyalah bayangan yang Dia ciptakan. Kenyataan ini dijelaskan oleh ulama besar Islam Imam Rabbani sebagai berikut:
ﷲ ‘Materi pembentuk wujud-wujud yang Dia ciptakan ini hanyalah ketiadaan’. Dia menciptakan segalanya di dunia indra dan khayalan. Keberadaan alam semesta adalah di dunia indra dan khayalan, dan ia bukanlah materi. Pada kenyataannya, tiada sesuatupun di alam luar kecuali Wujud Yang Mahasuci, (Dialah ﷲ). (Imam Rabbani Hz. Mektuplari (Letters of Rabbani), Vol.II, 357. p.163)
Di semua empat penjuru jagat raya yang terbentuk oleh beragam penampakan adalah Wujud ﷲ sebagai wujud nyata satu-satunya. Karenanya, wujud paling dekat kepada manusia adalah ﷲ. Fakta ini dijelaskan dalam Al-Quran, Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya (Surah Qaf: 16).
Harun Yahya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar