Rabu, 07 Maret 2012
Futur Adalah.....
Futur Adalah.....
submitted by : Revan Hadi
sumber : Majalah Ishlah No.14,II,1994/1415
1. Melakukan ma'shiat dan dosa berulang kali.
Terlalu sering melakukan kesalahan, menjadikannya
sebagai kebisaan yang bahkan sulit ditinggalkan.
Dari kebiasaan tersebut, hilanglah kesan kesalahan
atau dosa yang dilakukan sampai seseorang menjadi
berani melakukan dosa dan
kesalahan berikutnya. Anas ra. pernah berkata :
"Demi Allah, niscaya kalian melakukan suatu dosa
yang kalian anggap dosa itu lebih tipis dari rambut.
Dahulu kami menganggap perbuatan
tersebut termasuk dalam mauqibat(dosa besar)."
Rasulullah bersabda : "Setiap ummatku akan dimaafkan
kecuali orang yang berani melakukan dosa secara
terang-terangan."(HR.Bukhari)
2.Merasakan adanya kekerasan dan kebekuan hati.
Sehingga dirasakan laksana batu keras yang tak dapat
diusik atau dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di
sekelilingnya serta sulit menerima teguran dan
nasihat.
3. Kesulitan menekunkan diri dalam beribadah.
Seperti sulit khusyu dalam shalat, dzikir, membaca
Al-Qur'an dan berdoa.
4. Munculnya rasa malas melakukan amal ta'at dan
ibadah, atau bahkan cenderung meremehkannya. Enggan
atau meremehkan hadir shalat berjamaah dan
mendirikan shalat di awal waktu. Dan bila melakukan
amal ibadah namun hal tsb hanya merupakan aktivitas
yang kosong dari ruh. Allah
menyifati orang munaiq dalam firman-Nya: "Dan
apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri
dengan malas" (An-Nisaa':142)
5. Perasaan cepat gelisah dan dada yang terasa
menyesak laksana orang yang tengah menghadapi
masalah berat yang menghimpit, padahal hanya masalah
yang remeh saja. Juga perasaan tidak tabah dan pucat
pasi ketika mendapat musibah atau cobaan.
6. Suasana jiwa yang tak tersentuh dengan kandungan
ayat suci Al-Qur'an. Baik janji, ancaman, perintah,
maupun larangan. Timbulnya sikap malas untuk
mendengar dan menyimak Al-Qur'an, apalagi
membacanya.
7. Lalai atau segan melakukan dzikir, karena
merasakannya sebagai pekerjaan yang paling berat.
Firman Allah SWT : "Dan mereka tidak menyebut Allah
kecuali hanya sedikit sekali."(An-Nisaa':142)
8. Berkurangnya rasa kemarahan atau tidak bergeming
sama sekali tatkala melihat pelanggaran terhadap
hal-hal yang diharamkan Allah SWT. Kurangnya
kecintaan atau lenyap sama sekali kecintaan terhadap
perbuatan ma'ruf dan ketaatan. Atau dengan kata
lain, segala permasalahan dianggap sama,
sehingga tak terbetik dalam hati untuk melarang atau
menganjurkan. Hal ini berarti pula kemalasan
seseorang untuk aktif dalam dakwah Islam.
9. Menilai sesuatu dari sisi terjadinya dosa atau
tidak, dan tidak mau melihat dari sisi perbuatan
yang makruh. Sebagian orang bila ingin melakukan
perbuatan, ia bertanya apakah perbuatan tersebut
dosa atau tidak ? Apakah hal tersebut haram atau
sekedar makruh saja ? Hal ini akan menyeret
seseorang pada perkara syubhat. "Barangsiapa yang
terjerumus dalam syubhat berarti ia berada dalam
yang haram," kata Rasulullah yang diriwayatkan
Muslim.
10. Lemahnya perhatian terhadap urusan-urusan kaum
muslimin. Tidak mau berdoa apalagi mengeluarkan
infaq untuk mereka. Perasaannya dingin dan beku,
dalam memandang permasalahan ummat yang tengah
dikuasai musuh, diintimidasi, dibantai dan
sebagainya. Tidak mau bersusah-susah berjuang
mengatasi kondisi ummat Islam adalah indikasi
ketiadaan rasa tanggung jawab terhadap
agama. Adalah para sahabat ra., setelah masuk Islam,
selalu tergugah untuk mengajak ummatnya ke dalam
Islam.
11. Cenderung memperbanyak perbantahan atau debat
dan menjauhi masalah amal. Perdebatan tanpa argumen,
pengetahuan dan dalil yang jelas justru menjadikan
hati keras dan beku, bahkan cenderung menimbulkan
benih perpecahan.
12. Terlalu memperhatikan dunia hingga
berlebih-lebihan dalam memperhatikan diri sendiri,
baik masalah makan, minum, pakaian, tempat tinggal
dan sebagainya.
13. Menghindar atau memisahkan diri dari lingkup
persahabatan dengan orang-orang baik. Munculnya
perasaan tidak enak bila berada diantara lingkungan
orang-orang yang berjuang di jalan Allah.
Disarikan dari buku "Obat lemahnya Iman", Muhammad
Sholih al-Munajjid
dan beberapa sumber.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar